Bagaimana Saya Menjadi Penerjemah Berskala Internasional

Sebelum menjadi penerjemah, saya tidak pernah mengira bahwa ada penerjemah berskala internasional yaitu penerjemah yang mendapatkan pekerjaan dari perusahaan atau agensi penerjemahan dari luar negeri dengan bayaran mata uang asing. Setelah lulus dari jurusan bahasa Inggris di sebuah universitas negeri di Bandung, saya bekerja sebagai guru bimbel untuk pelajaran bahasa Inggris. Namun, mengajar bukanlah keahlian saya. Saya bercita-cita menjadi penerjemah karena lebih suka bekerja di balik layar. Awalnya saya ingin menjadi penerjemah novel atau editor. Saya pernah mengirimkan surat lamaran beserta CV dan contoh terjemahan ke beberapa penerbit atas inisiatif sendiri. Beberapa penerbit mengirimkan tes, tetapi saya tidak lulus tesnya. Nasib malah membawa saya pada lowongan Linguist/Penerjemah di sebuah perusahaan joint-venture antara Vietnam dan Korea yang baru membuka cabangnya di Jakarta pada tahun 2008. Singkat cerita, saya melamar ke perusahaan ini dan diterima. Kemampuan saya masih NOL saat itu, tetapi saya punya kemauan dan tekad agar bisa menjadi penerjemah andal. Penerjemah pemula hanya butuh satu kesempatan untuk merasakan pengalaman menerjemahkan. Dengan memperoleh kesempatan itu, kita harus bisa membuktikan bahwa kita mampu dan bisa dipercaya, karena kesempatan dan kepercayaan melahirkan pengalaman. We only need one shot to prove that we deserve to be trusted.

Untuk menjadi penerjemah berskala internasional, inilah langkah-langkah yang telah saya jalani:

1. Melamar sebagai penerjemah ke perusahaan pelokalan berskala internasional.

Saya mengikuti saran dari mbak Femmy di blognya bahwa sebaiknya saya sebagai memulai dulu sebagai penerjemah kantoran sebelum terjun menjadi penerjemah paruh waktu. 

2. Mempelajari beberapa alat bantu penerjemahan (CAT tool)

Di perusahaan ini saya mengenal alat bantu penerjemahan atau CAT Tool. CAT tool yang pertama saya pelajari dalam pelatihan yang diadakan oleh perusahaan pada waktu itu adalah Trados Freelance, disusul Wordfast Classic, Dejavu X, SDLX, Multiterm, Idiom Desktop Workbench, dan Across. Lalu beberapa tahun setelahnya mempelajari Wordfast Pro dan SDL Trados 2007 dan 2009. Yang paling sering digunakan untuk proyek adalah Trados, Idiom, dan Wordfast Pro.

3. Selain belajar menguasai CAT Tool, saya juga mempelajari EYD, tata bahasa Indonesia, dan membaca buku mengenai penerjemahan. Nanti saya bahas di postingan lain mengenai buku dan kamus yang saya baca sebagai referensi.

4. Setelah memiliki cukup pengalaman menerjemahkan sebagai penerjemah purna waktu selama 2 tahun, saya mencoba terjun sebagai penerjemah paruh waktu dengan mendaftar keanggotaan berbayar di Proz dan keanggotaan gratis di Translators Café.

Nama Proz dan Translators Café awalnya saya dengar dari mbak Femmy Syahrani. Saat itu saya hanya membuka situs webnya dan karena belum punya pengalaman apa-apa, tidak saya tindak lanjuti. Setelah memiliki cukup pengalaman dalam bidang penerjemahan, saya mendaftar keanggotaan Proz gratis dan mencoba yang berbayar, tetapi saya tidak pernah mendapatkan pekerjaan walaupun sudah mencoba mengirim CV dan tarif ke berbagai agensi. Mungkin usaha saya kurang atau kalah bersaing dan kalah cepat dengan yang lain. Saya juga mencoba mengirimkan beberapa lamaran di Translators Cafe, alhamdulillah saya bisa diterima di suatu agensi dan mendapatkan pekerjaan dari mereka. Namun saya baru mendapatkan proyek setelah 3 tahun lulus tes.

5. Mengirim CV dan surat lamaran atas inisiatif sendiri ke beberapa agensi penerjemahan yang tercantum di situs ini.

Saya mengirimkan lamaran ke puluhan agensi, tahapan pengajuan tarif, mengikuti tes, dan lulus tes telah saya lalui. Dari sekian lamaran yang saya kirim, seingat saya, saya hanya diterima di satu agensi. Agensi ini memberikan pekerjaan tahun itu juga. Saya menerima beberapa proyek dari mereka dalam kurun waktu 2 tahun.

6. Melalui referensi dari rekan penerjemah. Bagaimana caranya agar bisa direferensikan? Tentunya lewat jejaring. Mendapatkan pengalaman kerja sebagai penerjemah purna waktu selama 5 tahun, spesialisasi saya menjadi terarah. Karena saya dikenal berpengalaman dalam spesialisasi tertentu, saya direferensikan oleh rekan penerjemah.

7. Mendapatkan pekerjaan dari LinkedIn. Buatlah profil di situs ini sebaik mungkin agar pemberi kerja tertarik. Melalui situs ini saya dihubungi beberapa agensi penerjemahan yang menawarkan proyek.

Itulah langkah-langkah yang telah saya tempuh hingga akhirnya saya menjadi penerjemah berskala internasional.

Tinggalkan Pesan